Akulturasi Kebudayaan Indonesia Pada Kala Hindu-Buddha
Akulturasi Kebudayaan Indonesia pada masa Hindu-Buddha - Tahukah Anda bahwa Candi Borobudur yaitu salah satu pola dari bentuk akulturasi? Bentuk candi-candi di indonesia pada hakekatnya yaitu punden berundak yang merupakan unsur indonesia asli.
Candi Borobudur terletak di desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini yaitu Candi Buddha terbesar kedua setelah Angkor Wat di Kamboja. Candi borobudur didirikan mulai tahun 770 atas peritah Raja Wisnu dari dinasti Syailendra dan selesai dibangun pada tahun 842 pada masa pemerintahan Raja Samaratungga.
Bentuk dasar Candi Borobudur yaitu punden berundak yang diubahsuaikan dengan kosmologi Buddha Mahayana. Tinggi candi 42 m dengan bersusun tingkat 3 tingkat (kamadhatu, rupadhatu, dan arupadatu). Relief candi terdapat pada pagar tembok yang panjang seluruhnya 4 km. Puncak candi berupa sebuah stupa yang sangat besar, sedangkan arcanya sekitar 500-an buah. Candi Borobudur ini yaitu salah satu contohnya yaitu akulturasi. Untuk sanggup berakulturasi masing-masing kebudayaan harus seimbang, begitu juga untuk kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan kebudayaan Indonesia Asli.
Akulturasi Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Tahukah anda bagaimana pengertian akulturasi dan terjadinya akulturasi? Akulturasi suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok insan dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan absurd tersebut lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaannya sendiri. Oleh lantaran itu, supaya sanggup berakulturasi masing-masing kebudayaan harus seimbang. Begitu juga kebudayaan Hindu-Buddha dari India dengan kebudayaan Indonesia asli.
Dengan masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia telah menawarkan efek yang cukup besar terhadap kehidupan masyarakat indonesia. Namun, sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, Indonesia telah mempunyai kebudayaan sendiri. Indonesia memilki local genius. Local genius yaitu suatu kecakapan dalam mendapatkan kebudayaan absurd dan mengolahnya menjadi suatu kebudayaan yang selaras dengan kepribadian bangsa. Jadi, dengan masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia telah memperkaya perbendaharaan kebudayaan indonesia. Pengaruh kebudayaan dan agama Hindu-Buddha terhadap masyarakat Indonesia mencakup banyak sekali bidang.
Bentuk Akulturasi dan Contohnya
Berikut pola hasil akulturasi antara Hindu-Buddha dan kebudayaan Indonesia asli.Akulturasi Kebudayaan dibidang Seni Bangunan
Di Indonesia pada umumnya bangunan candi merupakan bentuk akulturasi antara unsur budaya Hindu-Buddha dan unsur budaya Indonesia Asli. Bangunan yang megah, patung-patung perwujudan tuhan atau Buddha, serta bagian-bagian candi dan stula yaitu unsur-unsur India.a. Candi
Candi merupakan sebuah bangunan yang berasal dari zaman kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Pengertian candi pada kedua efek tersebut sangat berbeda. Untuk candi yang sanggup efek Hindu, kata Candi berasal dari kata candika yaitu salah satu nama dari Dewi Durga (dewi maut). Candi juga berasal dari kata cinandi yang berarti makam.
Pembuatan candi pada masa efek Hindu diperuntukkan sebagai makam dari orang-orang terkemuka atau para raja yang wafat. Adapun candi dalam agama Buddha merupakan sebuah tempat pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa melaui Sang Buddha Gautama. Bisakah anda menyebutkan contoh-contoh candi Hindu dan candi Buddha?
Contoh candi Hindu yaitu Candi Prambanan, Candi Gebang, kelompok Candi Dieng, Candi Gedong Songo, Candi Pantaran, dan Candi Cangkuang. Adapun pola Candi Buddha yaitu Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Sari, Candi Plaosan, Candi Banyunibo. Candi Sumberawan, dan Candi Muara Takus.
Pada umumnya, bangunan candi terdiri dari 3 potongan yaitu sebagai berikut.
1) Bhurloka, yaitu potongan bawah candi yang melambangkan kehidupan fana.
2) Bhurvaloka, yaitu potongan candi yang melambangkan tahap pencucian dan pemurnian jiwa.
3) Svarloka, melambangkan tempat para tuhan atau jiwa yang telah disucikan.
Walaupun struktur bangunan semua candi sama, ada perbedaan antara bentuk Candi di Jawa Tengah dan bentuk Candi di Jawa Timur.
Ciri-ciri candi langgam Jawa Tengah :
1) Bentuk bangunannya tambun (besar)
2) Atapnya faktual berundak-undak
3) Puncaknya berbentuk ratna atau stupa
4) Gawang pintu dan relung berhiaskan kala makara.
5) Reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalis.
6) Letak candi di tengah halaman
7) Kebanyakan candi menghadap ke timur
8) Candi terbuat dari kerikil andesit
Ciri-ciri candi langgam Jawa Timur :
1) Bentuk bangunannya ramping
2) Atapnya merupakan perpaduan tingkatan
3) Puncaknya berbentuk kubus
4) Makara tidak ada, pintu dan relung hanya ambang atasnya saja yang diberi kepala kala
5) Reliefnya timbul sedikit saja dan lukisannya simbolis mirip wayang kulit
6) Letak candi dibelakang halaman
7) Kebanyakan menghadap ke barat
8) Candi terbuat dari bata merah/taracota.
Bila dilihat dari susunannya, ada 3 corak bangunan candi yaitu sebagai berikut.
1) Corak candi Jawa Tengah potongan selatan menggambarkan susunan masyarakat yang feodal, raja sebagai pusat. Berikut yaitu candi-candi yang berada di Jawa Tengah potongan selatan.
- Candi Kalasan, peninggalan Buddha tertua di Pulau Jawa dan sebagai persembahan kepada Dewi Tara.
- Candi Borobudur, mempunyai suatu sistem yang terbagi menjadi 3 potongan sebagai berikut.
- Kamadhatu (bagian candi yang paling bawah), merupakan tingkatan dimana insan masih terikat oleh eksekusi alam dan nafsu.
- Rupadhatu(bagian tengah candi), merupakan tingkatan dimana insan masih terikat oleh rupa dan bentuk.
- Arupadhatu(bagian candi yang paling atas), merupakan kaitan dimana insan tidak lagi terikat oleh rupa dan bentuk. Manusia telah terbebas dari segala keingunan untuk berkemas-kemas masuk nirwana.
- Candi Mendut
- Kompleks Candi Rara Jonggrang (Prambanan)
- Kompleks Candi Sewu
- Kompleks Candi Plaosan
- Candi Sukuh, didirikan pada masa Kerajaan Majapahit, candi ini paling terang memperlihatkan unsur-unsur Jawa orisinil dibandingkan corak Hindu sendiri.
- Candi Canggal, pada candi ini terdapat Prasasti Canggal yang menceritakan dinasti Sanjaya.
- Kompleks Candi Gedong Songo, dibangun sebagai penghormatan terhadap Trimurti khususnya tuhan Syiwa. Di depan Candi Syiwa ada bangunan kecil untuk Nandi (lembu kendaraan tuhan Syiwa).
- Kompleks Candi Dieng, sejumlah pakar sejarah mengaitkan kompleks Candi Dieng dengan dinasti Sanjaya.
- Candi Badut, erat Kota Malang.
- Candi Kidal, setinggi 12,5 meter dengan pahatan dongeng Garuda Mencuri Amarta (Air Kehidupan). Candi Kidal sebagai tempat pendarmaan Anusapati (raja kedua Kerajaan Singasari).
- Candi Jago, tempat pendarmaan Wisnuwardhana. Ciri-ciri yang ada pada candi ini memperlihatkan munculnya kembali unsur-unsur budaya orisinil Indonesia.
- Candi Jawi, tempat pendarmaan Kertanegara, corak arsitektur memperlihatkan adonan Hindu-Buddha dan budaya asli.
- Candi Singasari, tempat pendarmaan Kertanegara. Hal yang menarik dari Candi Singasari ini yaitu potongan bawah candi tampak belum selesai, sedangkan atas telah terpahat secara sempurna. Bagian atas tersebut menggambarkan puncak Mahameru (kediaman para dew dalam mitoligi Hindu). Candi Singasari dibentuk pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.
- Candi Sumberawan, didirikan sebagai penghargaan atas kunjungan Hayam Wuruk ke tempat kaki Gunung Arjuna.
- Kompleks Candi Panataran, didirikan semenjak pemerintahan raja Srengga dari Kediri (sekitar tahun 1200 M) dan mengalami renovasi pada masa Majapahit (sekitar tahun 1415).
Bisakah anda menyebutkan candi-candi yang ada di Sumatra? Selain candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur ada candi-candi di pulau Sumatra. Candi-candi di Sumatra ini kebanyakan bercorak Buddha. Berikut candi-candi tersebut.
- Kompleks Candi Muara Takus. Candi bercorak Buddha Mahayana ini mempunyai stupa. Candi Mahligai sebagai bangunan utama. Candi ini didirikan pada masa Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan.
- Kompleks Candi Padang Lawas, disebut juga dengan nama Blaro Bahal. Nama tersebut mengacu pada sekolah agama Buddha Mahayana di Nepal.
- Kompleks Candi Muara Jambi. Kompleks candi terdiri dari 12 bangunan dan semua memperlihatkan Corak Buddha Mahayana. Didirikan semasa Kerajaan Melayu yang pada waktu itu Kerajaan Sriwijaya telah kehilangan pamornya.
Dengan banyaknya candi yang ada di Nusantara ini harus kita jaga dan pelihara. Bagaimana cara Anda menjaga dan memelihara bangunan-bangunan tersebut (terutama candi)? Kita sanggup menjaganya dengan merawat dan tidak merusak bangunan tersebut.
b. Stupa
Tahukah anda, untuk apakah dibangun bangunan Stupa? Bangunan Stupa pada masa India Kuno dipakai sebagai makam atau tempat penyimpanan bubuk kalangan bangsawan/tokoh tertentu. Stupa dikalangan Buddha menjadi tempat penyimpan bubuk Sang Buddha sendiri.
Pada masa pemerintahan Asoka, dibangun banyak stupa untuk mengambarkan kedudukan Buddha sebagai agama utama di India. Di Asia Timur atau Asia Tenggara stupa didirikan sebagai ratifikasi terhadap Buddhisme diwilayah yang bersangkutan. Stupa sanggup dijadikan petunjuk seberapa luas Buddhisme tersebar disitu wilayah. Sebagai lambang perjalanan Sang Buddha masuk ke nirwana. Berikut yaitu 3 potongan dari bangunan stupa.
- Andah, melambangkan dunia bawah tempat insan yang masih dikuasai hawa nafsu.
- Yanthra, merupakan suatu benda untuk memusatkan pikiran ketika bermeditasi.
- Cakra, melambangkan surga tempat para dewa.
Jika dibandingkan dengan India dan Asia Timur, bangunan stupa di Indonesia mempunyai kekhasan tersendiri. Ditempat lain bangunan stupa berdiri sendiri, sedangkan di Indonesia bangunan stupa menjadi potongan dari candi atau kompleks candi tertentu mirip Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, dan kompleks Candi Sewu.
Akulturasi Seni Rupa dan Seni Ukir
Masuknya efek India juga membawa perkembangan dalam bidang seni rupa, seni pahat, dan seni ukir. Hal tersebut sanggup dilihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada potongan dinding-dinding candi.
a. Relief
Relief dipahatkan pada kaki candi atau badan candi. Relief ini merupakan hasil seni pahat sebagai pengisi bidang pada potongan dinding candi yang melukiskan suatu dongeng atau kisah. Berikut beberapa relief yang ada pada candi.
1) Relief Candi Borobudur
- Relief Karmawibhanga, menceritakan lantaran tanggapan perbuatan baik dan jelek manusia. Dipahatkan pada kaki candi yang tertimbun.
- Relief Lalitavistara, menceritakan riwayat Sang Buddha Gautama semenjak lahir hingga khotbah pertama si Taman Rusia. Dipahatkan pada dinding sebagian lorong pertama.
- Relief Jatakamala-Awadana, berupa kumpulan sajak yang menceritakan perbuatan Sang Buddha Gautama dan para Bodhisatwa semasa hidupnya. Dipahatkan pada dinding sebagian lorong pertama dan kedua.
- Relief Gandhawiyuha-Bhadracari, menceritakan perjuangan Sudjana mencari ilmu yang tinggi hingga Sudjana bersumpah mengikuti Bodhisatwa Samanthabhadra. Dipahatkan pada dinding lorong kedua hingga keempat.
2) Relief Candi Rara Jonggrang (Prambanan)
- Cerita Ramayana dipahatkan pada pagar Langkan Candi Siwa dan diteruskan pada pagar langkan Candi Brahma.
- Cerita Kresnayana, dipahatkan pada pagar Langkan Candi Wisnu.
3) Relief Candi Jago
Relief yang ada di Candi Jago berisi dongeng Kresnayana, Parthayajna, dan Kunjarakarna. Selain itu, juga dijumpai tokoh-tokoh punakawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong) yang setia menyertai seorang kesatria.
4) Relief Candi Surawana
Relief candi ini berisi dongeng Arjuna Wiwaha dan adegan Sri Tanjung yang dibunuh oleh Sidapaksa.
5) Relief Candi Panataran
Relief candi ini berisi dongeng Ramayana dan Kresnayana.
Relief kala makara pada candi dibentuk sangat indah. Dasar hiasan relief kala makara yaitu motif hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hal tersebut sudah dikenal semenjak masa sebelum Hindu. Binatang-binatang tersebut dipandang suci, sehingga sering diabadikan dengan cara dilukis.
Tujuan pembuatan arca/patung yaitu untuk mengabadikan tokoh tertentu. Patung/arca merupakan kerikil yang dipahat sedemikian rupa, sehingga membentuk makhluk tertentu (biasanya berupa patung atau binatang). Berikut peninggalan-peninggalan patung bercorak Hindu-Budha.
1) Peninggalan Arca Bercorak Hindu
Tokoh yang akan dibentuk arca tidak ditampilkan sebagaimana mestinya, namun dibentuk mirip tuhan atau dewi tertentu. Berikut arca bercorak Hindu.
- Arca tuhan atau dewi antara lain patung Trimurti dan Dewi Durga.
- Arca Airlangga, dalam wujud Dewa Wisnu sedang menunggang Garuda.
- Arca Ken Dedes, dalam wujudnya Dewi Prajna Paramita
- Arca Kertanegara, dalam wujud Joko Dolok dan Amoghapasa.
- Arca Raden Wijaya, dalam wujud tuhan Syiwa.
- Arca Dwarapala, dalam wujud raksasa memegang gada.
2) Peninggalan Arca Bercorak Buddha
Arca bercorak Buddha pada umumnya melambangkan Sang Buddha Gautama. Patung Sang Buddha ini tampil dalam banyak sekali posisi perilaku tangan dan menghadap mata angin tertentu. Sikap tangan tersebut mengandung makna. Berikut bentuk Arca bercorak Buddha.
- Arca Aksobhya, dengan perilaku bumisparcamudra, yaitu perilaku tangan menyentuh bumi sebagai saksi, arca ini menghadap ke timur.
- Arca Ratnasambhawa, dengan perilaku waramudra, perilaku tangan sedang memberi anugerah, arca ini menghadap ke selatan.
- Arca Amithaba, dengan perilaku dhayanamudra, yaitu dengan perilaku tangan sedang bersemedi, arca ini menghadap ke barat
- Arca Amoghasidi, dengan perilaku abhayamudha, yaitu perilaku tangan menenteramkan, arca ini menghadap ke Utara.
- Arca Wairicana, dengan perilaku dharmacakramudra, yaitu perilaku tangan memutar roda darma, arca tersembunyi dalam stupa.
Akulturasi Kebudayaan dibidang Bahasa dan Tulisan
Pengaruh Hindu-Buddha di bidang bahasa dan sastra begitu terasa. Bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang dibawa dari India menjadi tonggak sejarah bangsa Indonesia dari zaman praaksara ke zaman sejarah. Bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa ini banyak dipakai oleh para raja dan para brahmana untuk mengabadikan suatu momen besar pada suatu prasasti.
Masuknya bangsa India (budaya Hindu) ke Nusantara mengantarkan masyarakat Nusantara ke budaya tulis atau masa Aksara. Budaya tulis ini memakai bahasa Sansekerta dengan huruf Pallawa, yaitu sejenis goresan pena yang juga ditemukan diwilayah India Selatan. Huruf Pallawa ini dalam perkembangannya menjadi huruf dasar dari huruf-huruf lain di Indonesia mirip huruf Kawi, Jawa Kuno, Bali Kuno, Lampung, Batak, dan Bugis-Makassar.
Bahasa Sansekerta tidak berkembang mirip huruf Pallawa dikarenakan bahasa Sansekerta dipakai dilingkungan istana dan dipakai para brahmana dalam upacara keagamaan. Jejak sejarah berupa goresan pena ini sanggup dilihat melalui prasasti, kitab, dan manuskrip (naskah).
Prasasti dari bahasa Sansekerta berarti pujian. Prasasti merupakan piagam atau dokumen yang ditulis pada materi yang keras dan tahan lama, memuat informasi wacana sejarah, peninggalan, atau catatan wacana sebuah peristiwa. Prasasti tidak hanya ditulis diatas batu, tetapi juga dituliskan diatas lempengan emas, perunggu, tembaga, daun-lontar, daun Nipah, kulit pohon, daluang (kertas tradisional yang dibentuk dari serat-serat tumbuhan yang mempunyai tekstur kasar).
Pada prasasti-prasasti yang ditemukan terdapat unsur India dengan unsur budaya Indonesia. Misalnya ada prasasti dengan huruf Nagari (India) dan huruf Bali Kuno (Indonesia). Di Indonesia prasasti sanggup dikelompokkan sesuai bahasanya. Berikut pengelompokan prasasti sesuai dengan bahasanya.
- Prasasti dalam bahasa Sansekerta, contohnya prasasti yang dipahatkan pada tiang kerikil (yupa) di wilayah Kerajaan Kutai, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara (Ciaruteun, Jambu, Kebun Kopi, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu, dan Cidanghiang).
- Pasasti yang memakai bahasa Jawa Kuno, contohnya Prasasti Kedu, Prasasti Dinoyo, dan prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.
- Prasasti dalam bahasa Melayu Kuno, banyak ditemukan di Sumatera, contohnya Prasasti Kedukaan Bukit, Prasasti Talang Tuo, dan Prasasti Telaga Batu (semuanya peninggalan Kerajaan Sriwijaya).
- Prasasti dalam bahasa Bali Kuno, dipakai oleh kerajaan-kerajaan Bali. Contoh prasasti dalam huruf Bali Kuno yaitu Prasasti Julah dan Prasasti Ugrasena.
Akhir-akhir ini banyak prasasti yang hilang dan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Bagaimana perilaku Anda dengan adanya prasasti-prasasti yang hilang lantaran dicuri tersebut? Dan bagaimana seharusnya situs-situs tersebut tetap terjaga?
Pengenalan bahasa dan goresan pena di Nusantara memungkinkan pujangga Nusantara menghasilkan karya-karya sastra berupa kitab. Kitab yaitu kumpulan kisah, catatan atau laporan wacana suatu peristiwa, kadang didalamnya terdapat juga mitos. Pada masa Hindu-Budha kitab ditulis diatas daun lontar.
Tulisan ditulis dalam rangkaian puisi yang indah dan terbagi kedalam sebuah bait yang disebut dengan Pupuh. Adapun ungkapan yang ditulis dalam bentuk puisi biasa disebut kakawin. Kitab sanggup dikategorikan sebagai karya sastra kuno yang dalam perkembangannya di Indonesia terdiri dari tahap-tahap berikut.
- Tahap pertama atau kesusastraan tertua, lahir pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
- Tahap kedua, lahir pada masa Kerajaan Kediri.
- Tahap ketiga, lahir pada zaman Majapahit.
Tahukah anda, apa yang dimaksud dengan sastra? Sastra berasal dari bahasa Sansekerta, sastra yang berarti "teks yang mengandung arahan atau pedoman" dari kata dasar "sas" yang berarti "instruksi atau ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata sastra dipakai untuk merujuk kepada kesusastraan yaitu sebuah jenis goresan pena yang mempunyai arti ataupun suatu keindahan tertentu.
Berdasarkan isinya, kesusastraan sanggup dikelompokkan menjadi tiga yaitu tutur (pitutur kitab keagamaan), kitab hukum, dan winacarita (cerita kepahlawanan). Bentuk winacarita sangat populer di Indonesia, terutama kitab Ramayana dan Mahabharata. Berkembangnya karya sastra yang bersumber dari Ramayana dan Mahabharata melahirkan seni pertunjukan wayang kulit (wayang Purwa).
Di Indonesia pertunjukan wayang kulit (khususnya di Jawa) sudah mendarah daging. Isi dan dongeng pertunjukkan wayang banyak mengandung nilai-nilai yang bersifat edukatif. Kita sanggup menerapkan nilai-nilai edukatif tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Cerita dalam pertunjukan wayang berasal dari India, namun wayangnya orisinil dari Indonesia. Seni pahat dan ragam hias yang ada pada wayang diubahsuaikan dengan seni yang ada di Indonesia. Selain bentuk dan ragam hias wayang, muncul juga tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia. Misalnya tokoh-tokoh punakawan mirip Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.
Tokoh-tokoh punakawan tersebut tidak ditemukan di India. Adanya perkembangan seni sastra yang sangat cepat didukung oleh penggunaan huruf Pallawa, mirip dalam karya-karya sastra Jawa kuno.
Manuskrip yaitu naskah goresan pena tangan peninggalan masa kemudian yang berisi banyak sekali hal mirip dongeng kepahlawanan, hukum, upacara keagamaan, silsilah, syair, mantra sihir, dan resep obat-obatan. Contoh manuskrip yaitu sebagai berikut.
- Pustaha, yaitu naskah Batak yang ditulis dengan karakter Batak dan ditulis diatas lembaran kulit kayu alim.
- I la Galigo, yaitu sebuah naskah kuno dari Sulawesi Selatan yang merupakan episode (kepahlawanan) yang berisi kisah wacana Kerajaan Luwu pada masa pra-Islam
Akulturasi Sistem Kepercayaan
Masyarakat di kepulauan Indonesia semenjak zaman praaksara telah mengenal simbol-simbol yang bermakna filosofi, contohnya bila ada yang meninggal didalam kuburannya disertakan juga dengan benda-benda sebagai bekal kubur. Masyarakat pada waktu itu sudah memercayai adanya kehidupan sehabis meninggal yakni sebagai roh halus. Oleh lantaran itu, roh nenek moyang dipuja oleh orang yang masih hidup (animisme)
Setelah masuknya efek India ke Nusantara kepercayaan animisme tidak punah mirip pada fungsi candi. Fungsi candi di India yaitu sebagai tempat pemujaan, sedangkan di Indonesia disampingnya sebagai tempat pemujaan candi juga sebagai makam raja atau untuk menyimpan bubuk mayat raja yang telah meninggal. Itulah sebabnya peripih tempat penyimpanan bubuk mayat raja didirikan patung raja dalam bentuk mirip tuhan yang dipujanya.
Hal tersebut terang merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman serta pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Bentuk bangunan lingga dan Yoni merupakan tempat pemujaan terutama untuk orang-orang Hindu penganut Syiah ane. Secara filosofis lingga dan Yoni yaitu lambang kesuburan dan lambang kemakmuran.
Akulturasi Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan yang dianut di Indonesia sebelum masuknya efek Hindu-Buddha ke Indonesia yaitu sistem pemerintahan desa yang dipimpin oleh seorang kepala suku dan dipilih menurut kekuatan dan kelebihannya. Dengan masuknya efek Hindu ke Indonesia muncul konsep tuhan raja. Pimpinan tertinggi dalam sebuah kelompok yaitu seorang raja yang diyakini sebagai titisan atau reinkarnasi tuhan (dewa Syiwa maupun tuhan Wisnu). Konsep ini melegitimasi pemusatan kekuasaan pada raja.
Dari konsep tersebut, di Indonesia mulai mengenal sistem pemerintahan kerajaan dengan raja sebagai pimpinan tertinggi dibantu sejumlah pejabat yang bertugas sesuai fungsinya (misalnya urusan ketatanegaraan, agama, hukum, dan lain-lain). Salah satu bukti adanya akulturasi dalam bidang pemerintahan, contohnya seorang raja harus berwibawa dan dipandang mempunyai kekuatan mistik mirip pada pimpinan masa sebelum Hindu-Buddha. Karena raja mempunyai kekuatan gaib, maka raja dipandang erat dengan dewa. Raja kemudian disembah dan bila raja sudah meninggal rohnya dipuja.
Akulturasi Bidang Pendidikan
Pengaruh Hindu-Buddha juga turut mengubah sistem pendidikan di Indonesia. Pendidikan ini diawali dengan datangnya para pendeta India ke Indonesia. Kedatangan para pendeta tersebut untuk menawarkan pendidikan mengenai agama Hindu-Budha kepada masyarakat Indonesia. Kemudian para pendeta tersebut mendirikan tempat-tempat pendidikan yang disebut dengan pasmaran.
Di pasmaran inilah masyarakat mendapatkan banyak sekali ilmu agama dan pengetahuan. Dalam perkembangannya, pasmaran tersebut mencetak para lulusan yang terpelajar. Kemudian para pelajar tersebut menyebar hingga ke India untuk memperdalam agama Hindu-Budha. Setelah kembali dari India mereka mengembangkan agama Hindu-Budha. Bahasa pengantar yang dipakai yaitu bahasa setempat sehingga gampang untuk dipahami.