Peradaban Awal Kehidupan Insan Di Indonesia Sebelum Mengenal Goresan Pena Secara Metodologis
“Indonesia terletak di persimpangan tiga lempeng benua-ketiganya bertemu di sini-menciptakan tekanan sangat besar pada lapisan kulit bumi. Akibatnya, lapisan kulit bumi di wilayah ini terdesak ke atas, membentuk paparan-paparan yang luas dan beberapa pegunungan yang sangat tinggi. Seluruh wilayah ini sangat rentan terhadap gempa bumi hebat dan letusan gunung berapi dahsyat yang kerap mengakibatkan kerusakan parah. Hal ini terlihat dari beberapa catatan geologis. Gempa bumi dan tsunami mengerikan yang dialami Aceh belum usang ini hanyalah episode terakhir dari seluruh rangkaian kejadian panjang dalam masa prasejarah dan sejarah." (Arysio Santos, 2010)
Baca Juga
Sebelum Mengenal Tulisan
Perbedaan insan yang belum mengenal goresan pena dengan yang sudah mengenal goresan pena ialah cara komunikasinya. Kalau insan yang belum mengenal goresan pena cara berkomunikasinya secara pribadi atau dengan bahasa instruksi sedangkan kalau yang sudah mengenal goresan pena bisa memakai tulis-menulis di surat.
Sebelum mengenal goresan pena itu dinamai masa prasejarah, sedangkan sehabis mengenal goresan pena itu dinamakan masa sejarah.
Kehidupan awal masyarakat indonesia sebelum mengenal goresan pena adalah orang-orang yang menulis memakai watu yang dipahat kemudian menjadi gambaran. Inilah yang menjadi materi komunikasi selama kehidupan awal sebelum mengenal tulisan.
Pengertian dari metodologis sendiri ialah sebuah ilmu atau sebuah cara yang dimana langkah tersebut sanggup dipergunakan guna untuk mendapat sebuah kebenaran dengan cara memakai sebuah penelusuran yang dimana telah disusun berdasarkan sebuah tata cara tertentu dalam menemukan dan memilih sebuah kebenaran yang ada, hal dalam penentuan dan inovasi tersebut kemudian bergantung lagi dengan realitas dari sebuah fakta yang sedang dikaji. Sehingga, apabila dilakukan secara metodologis, maka kita pun kesannya sanggup mengetahui dan bisa mempelajari sebuah kehidupan insan meskipun pada masa tersebut insan belum mengenal adanya goresan pena yang dimana kita melakukannya dengan cara melihat dari sisa-sisa dan juga peninggalan yang dimana kita temukan atau juga dengan sanggup dipelajari dengan memakai sebuah metode penelitian dari ilmu arkelologi dan juga memakai ilmu pengetahuan lainnya menyerupai ilmu geologi dan juga biologi.
Sebagai pola kita sanggup mengetahui kehidupan pada sebuah pohon dengan cara melihat dari lingkar pohon tersebut. Atau kita sanggup mengetahui sebuah kehidupan masa pra abjad dengan melihat perlengkapan yang dipakai oleh insan purba zaman dulu yang dimana ditemukan oleh para arkeolog. Atau dengan cara melihat dan mempelajari dari fosil yang ditemukan kemudian dilakukan perbandingan dengan fosil lainnya yang ditemukan.
Kehidupan insan sebelum mengenal goresan pena secara metodologis yaitu tetap dengan metode empiris. Walaupun menusia belum mengenal tulisan, bukti-bukti kehidupan mereka bisa diketahui dari peradaban, contohnya membuat kapak, membuat pinggan, membuat lukisan di dinding gua. Dan juga kita sanggup mengetahui kehidupan insan sebelum mengenal goresan pena secara metodologis dengan cara memakai metode arkeologi dan ilmu alam menyerupai geologi dan biologi.
Dalam memahami kehidupan insan sebelum mengenal goresan pena ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
- benda-benda peninggalan masyarakat pra sejarah
- coretan-coretan atau gambar-gambar yang ada didalam sebuah gua atau di dinding.
- bangunan yang pernah menjadi belahan dari zaman prasejarah
Asal permintaan nenek moyang bangsa indonesia sebelum mengenal tulisan
1. Teori Yunnan
Teori ini menyatakan bahwa asal-usul nenek moyang kita berasal dari Yunnan, China. Teori ini didukung oleh Moh. Ali, yang beropini bahwa bangsa Indonesia berasal dari tempat Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih besar lengan berkuasa sehingga melaksanakan migrasi menuju ke selatan.
2. Teori Nusantara
Teori Nusantara menyatakan bahwa asal permintaan bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri, bukan dari luar. Teori ini didukung antara lain oleh Muhammad Yamin, Gorys Keraf, dan J.Crawford. Teori ini dilandasi oleh beberapa argument, antara lain : Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban ini mustahil sanggup dicapai apabila tidak melalui proses perkembangan dari kebudayaan sebelumnya.Bahasa Melayu memang mempunyai kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja), namun persamaan ini hanyalah suatu kebetulan saja.Adanya kemungkinan bahwa orang Melayu ialah keturunan dari Homon soloensis dan Homo wjakensis.Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di Nusantara dengan bahsa Indo-eropa yang berkembang di Asia Tengah.
3. Teori Out of Taiwan
Teori ini berpandangan bahwa bangsa yang ada di Nusantara ini berasal dari Taiwan bukan Daratan Cina. Teori ini didukung oleh Harry Truman Simanjuntak. Menurut pendekatan linguistic, dijelaskan bahwa dari keseluruhan bahasa yang dipergunakan suku-suku di Nusantara mempunyai rumpun yang sama, yaitu rumpun Austronesia. Akar dari keseluruhan cabang bahasa yang dipergunakan leluhur yang menetap di Nusantara berasal dari rumpun Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan. Selain itu, berdasarkan riset genetika yang dilakukan pada ribuan kromosom tidak menemukan kecocokan pola genetika dengan wilayah Cina.
4. Teori Out of Africa
Teori ini menyatakan bahwa insan modern yang hidup kini berasal dari Afrika. Dasar dari teori ini ialah berdasarkan ilmu genetika melalui penelitian DNA mitokondria gen wanita dan gen laki-laki. Menurut andal dari Amerika Serikat, Max Ingman, insan modern yang ada kini ini berasal dari Afrika antara kurun waktu 100-200 ribu tahun lalu. Dari Afrika, mereka menyabar ke luar Afrika. Dari hasil penelitian Ingman, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa gen insan modern bercampur dengan gen spesies insan purba.
Manusia Afrika melaksanakan migrasi ke luar Afrika diperkirakan berlangsung sekitar 50.000-70.000 tahun silam. Tujuannya ialah menuju Asia Barat. Jalur yang mereka tempuh ada dua, yaitu mengarah ke Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai kemudian ke utara melewati Arab Levant dan yang kedua melewati Laut Merah. Pada 70.000 tahun yang kemudian bumi memasuki zaman glasial terakhir dan permukaan air bahari menjadi lebih dangkal lantaran air masih berbentuk gletser. Dengan keadaan menyerupai ini mereka sangat memungkinkan menyeberangi lautan hanya dengan memakai bahtera primitif.
Setelah memasuki Asia, beberapa kelompok tinggal sementara di Timur Tengah, sedangkan kelompok lainnya melanjutkan perjalanan dengan menyusuri pantai Semenanjung Arab menuju ke India, Asia Timur, Indonesia, dan bahkan hingga ke Barat Daya Australia, yaitu dengan ditemukannya fosil pria di Lake Mungo. Jejak paling besar lengan berkuasa untuk membuktikan bahwa insan Afrika telah bermigrasi hingga ke Australia ialah jejak genetika.
Coba kau renungkan, apakah yang terjadi ketika tawuran bawah umur sekolah berlangsung? Bukankah sering kali mereka saling melempar batu? Batu pula senjata yang paling awal dipakai umat insan dalam mempertahankan hidupnya. Makara anak sekolah di zaman modern ini—zaman yang bahkan dikatakan “era globalisasi”, ketika tiada lagi batas-batas yang menghambat korelasi kebudayaan—ternyata masih mempraktikkan tradisi insan purba pada masa praaksara.
Untuk mengetahui apa, siapa, dan bagaimana kehidupan insan zaman praaksara kau sanggup mempelajari bacaan di bawah ini. Manusia purba tidak mengenal goresan pena dalam kebudayaannya. Periode kehidupan ini dikenal dengan zaman praaksara. Masa praaksara berlangsung sangat usang jauh melebihi periode kehidupan insan yang sudah mengenal tulisan. Oleh lantaran itu, untuk sanggup memahami perkembangan kehidupan insan pada zaman praaksara kita perlu mengenali tahapan-tahapannya.
Sebelum mengenali tahapan-tahapan atau pembabakan perkembangan kehidupan dan kebudayaan zaman praaksara, perlu kau ketahui lebih dalam apa yang dimaksud zaman praaksara. Praaksara ialah istilah gres untuk menggantikan istilah prasejarah. Penggunaan istilah prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya insan ketika belum mengenal goresan pena ialah kurang tepat. Pra berarti sebelum dan sejarah ialah sejarah sehingga prasejarah berarti sebelum ada sejarah.
Sebelum ada sejarah berarti sebelum ada acara kehidupan manusia. Dalam kenyataannya sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk yang dinamakan insan sudah mempunyai sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Oleh lantaran itu, para andal memopulerkan istilah praaksara untuk menggantikan istilah prasejarah.
Praaksara berasal dari dua kata, yakni pra yang berarti sebelum dan abjad yang berarti tulisan. Dengan demikian zaman praaksara ialah masa kehidupan insan sebelum mengenal tulisan. Ada istilah yang menyerupai dengan istilah praaksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Karena belum ada goresan pena maka untuk mengetahui sejarah dan hasil-hasil kebudayaan insan ialah dengan melihat beberapa sisa peninggalan yang sanggup kita temukan. Kapan waktu dimulainya zaman praaksara? Kapan zaman praaksara itu berakhir? Zaman praaksara dimulai sudah tentu semenjak insan ada, itulah titik dimulainya masa praaksara.
Zaman praaksara berakhir setelah manusianya mulai mengenal tulisan. Pertanyaan yang sulit untuk dijawab ialah kapan tepatnya insan itu mulai ada di bumi ini sebagai membuktikan dimulainya zaman praaksara.
Sampai kini para andal belum sanggup secara niscaya menunjuk waktu kapan mulai ada insan di muka bumi ini. Tetapi yang terang untuk menjawab pertanyaan itu kau perlu memahami kronologi perjalanan kehidupan di permukaan bumi yang rentang waktunya sangat panjang. Bumi yang kita huni kini diperkirakan mulai terjadi sekitar 2.500 juta tahun yang lalu.
Bagaimana kalau kita ingin melaksanakan kajian perihal kehidupan zaman praaksara? Untuk memeriksa zaman praaksara, para sejarawan harus memakai metode penelitian ilmu arkeologi dan sedikit banyak juga pada ilmu alam menyerupai geologi dan biologi. Ilmu arkeologi ialah bidang ilmu yang mengkaji bukti-bukti atau jejak tinggalan fisik, menyerupai lempeng artefak, monumen, candi dan sebagainya. Berikutnya memakai ilmu geologi dan percabangannya, terutama yang berkenaan dengan pengkajian usia lapisan bumi dan biologi berkenaan dengan kajian perihal ragam hayati (biodiversitas) makhluk hidup.
Mengingat jauhnya jarak waktu masa praaksara dengan kita sekarang, maka tidak jarang orang mempersoalkan apa perlunya kita berguru perihal zaman praaksara yang sudah usang ditinggalkan oleh insan modern. Tetapi pandangan menyerupai ini sungguh menyesatkan, alasannya ialah tentu ada hubungannya dengan kekinian kita. Beberapa di antaranya akan dikemukakan berikut ini.
Data etnografi yang menggambarkan kehidupan masyarakat praaksara ternyata masih berlangsung hingga sekarang. Entah itu pola hunian, pola pertanian subsistensi, teknologi tradisional dan konsepsi kepercayaan perihal korelasi harmoni antara insan dan alam, bahkan kebiasaan memiara binatang menyerupai anjing dan kucing di lingkungan insan modern perkotaan. Demikian pula kebiasaan bertani merambah hutan dengan motede ‘tebang kemudian bakar’ (slash and burn) untuk memenuhi kebutuhan secukupnya masih ada hingga kini. Namun, kebiasaan merambah hutan dan hidup berpindah-pindah pada masa lampau tidak mengakibatkan malapetaka asap yang mengganggu penerbangan domestik. Selain itu, juga mengganggu bandara negara tetangga Singapura dan Malaysia menyerupai yang sering terjadi akhir-akhir ini. Teknologi insan modernlah yang bisa melaksanakan perambahan hutan secara besar-besaran, entah itu untuk perkebunan atau pertambangan, dan permukiman real estate sehingga mengakibatkan malapetaka kabut asap dan kerusakan lingkungan.
Arti penting dari pembelajaran perihal sejarah kehidupan zaman praaksara pertama-tama ialah kesadaran akan asal permintaan manusia. Tumbuhan mempunyai akar. Semakin tinggi flora itu, semakin dalam pula akarnya menghunjam ke bumi hingga tidak praktis tumbang dari terpaan angin angin ribut atau petaka lainnya. Demikian pula halnya dengan manusia. Semakin berbudaya seseorang atau kelompok masyarakat, semakin dalam pula kesadaran kolektifnya perihal asal permintaan dan penghargaan terhadap tradisi. Jika tidak demikian, insan yang melupakan budaya bangsanya akan praktis terombang ambing oleh terpaan budaya abnormal yang lebih kuat, sehingga dengan sendirinya kehilangan identitas diri. Makara bangsa yang praktis meninggalkan tradisi nenek moyangnya akan praktis didikte oleh budaya mayoritas dari luar yang bukan miliknya.
Kita bisa berguru banyak dari keberhasilan dan capaian prestasi terbaik dari pendahulu kita. Sebaliknya kita juga berguru dari kegagalan mereka yang telah mengakibatkan malapetaka bagi dirinya atau bagi banyak orang. Untuk memetik pelajaran dari uraian ini, sanggup kita katakan bahwa nilai terpenting dalam pembelajaran sejarah perihal zaman praaksara, dan sesudahnya ada dua yaitu sebagai ilham untuk pengembangan kebijaksanaan kehidupan dan sebagai peringatan. Selebihnya kecerdasan dan pikiran-pikiran kritislah yang akan menerangi kehidupan masa kini dan masa depan.
Sekarang muncul pertanyaan, semenjak kapan zaman praaksara berakhir? Sudah barang tentu zaman praaksara itu berakhir setelah kehidupan insan mulai mengenal tulisan. Terkait dengan masa berakhirnya zaman praaksara masing-masing tempat akan berbeda. Penduduk di Kepulauan Indonesia gres memasuki masa abjad sekitar kala ke-4 dan ke-5 M. Hal ini jauh lebih terlambat bila dibandingkan di tempat lain contohnya Mesir dan Mesopotamia yang sudah mengenal goresan pena semenjak sekitar tahun 3000 SM. Fakta-fakta masa abjad di Kepulauan Indonesia dihubungkan dengan temuan prasasti peninggalan kerajaan renta menyerupai Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur.
Sumber : http://bse.kemdikbud.go.id