Laporan Praktikum Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati
Laporan Praktikum Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati
BAB 1. PENDAHULUAN
Residu sejumlah materi kimia yang ditinggalkan pestisida sintetik melalui banyak sekali siklus secara eksklusif atau tidak eksklusif akan mensugesti manusia. Namun kenyataan bahwa pestisida atau materi pembasmi serangga sekarang dipakai secara luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, dirasa sebagai kebutuhan pokok masyarakat dalam perjuangan budidaya pertanian. Masyarakat juga belum mengerti pengetahuan akan pemakaian pestisida kimia secara sempurna sesuai dengan peraturan ambang ekonomi. Oleh lantaran itu diharapkan solusi biar masyarakat mengurangi ketergantungannya terhadap pestisida kima. Salah satu solusi yang sanggup dipakai ialah mengalihkan penggunaan pestisida kimia menjadi pestisida nabati.
Baca Juga
Pestisida dari materi nabati bahu-membahu bukan hal yang gres tetapi sudah usang digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa menggunakan materi yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan materi nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama belalang dan penggerek batang padi.
Namun sehabis ditemukannya pestisida sintetik pada awal masa ke-20, pestisida dari materi tumbuhan atau materi alami lainnya tidak dipakai lagi. Selain mempunyai senyawa aktif utama dalam ekstrak tumbuhan juga terdapat senyawa lain yang kurang aktif, namun keberadaannya sanggup meningkatkan acara ekstrak secara keseluruhan (sinergi). Serangga tidak gampang menjadi resisten terhadap ekstrak tumbuhan dengan beberapa materi aktif, lantaran kemampuan serangga untuk membentuk sistem pertahanan terhadap beberapa senyawa yang berbeda sekaligus lebih kecil daripada terhadap senyawa insektisida tunggal. Selain itu cara kerja senyawa dari materi nabati berbeda dengan materi sintetik sehingga kecil kemungkinannya terjadi resistensi silang. Pada umumnya pestisida sintetik sanggup membunuh eksklusif organisme sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan pestisida nabati, insektisida nabati tidak sanggup mematikan eksklusif serangga, namun bersifat Refelen, artinya yaitu menolak kehadiran serangga terutama disebabkan baunya yang menyengat. Selain itu pestisida nabati bersifat Antifidan atau mengakibatkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya
disebabkan rasa yang pahit.
1.2 Tujuan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan pestisida sintetik merupakan metode umum dalam upaya pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tumbuhan pertanian. Kebanyakan pestisida sintetik mempunyai sifat non spesifik, yaitu tak hanya membunuh jasad sasaran tetapi juga membunuh organisme lain. Pestisida sintetik dianggap sebagai materi pengendali hama penyakit yang paling praktis, gampang diperoleh, gampang dikerjakan dan jadinya cepat terlihat. Padahal penggunaannya sering menimbulkan duduk perkara menyerupai pencemaran lingkungan, keracunan terhadap insan dan binatang peliharaan dan sanggup menimbulkan resistensi serta resurgensi bagi hama (M.Thamrin et al.,2005).
Ekstrak mimba dan cengkeh telah banyak sanggup menghambat pertumbuhan jamur patogenik tumbuhan ekstrak atau eugenol asal daun, bunga dan gagang cengkeh telah dibuktikan toksik terhadap F. oxysporum, F. solani, R. lignosis, P. capsici, S. Roflsii dan R. solani. Kombinasi penggunaan produk cengkeh dan kompos limbah tumbuhan telah terbukti dalam mengendaliakan penyakitbusuk batang panili (BBP) an-tara 75 –85% (Tombe Mesak, 2008).
Pestisida nabati ialah pestisida yang materi aktifnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan berguna mengendalikan serangan hama pada tanaman. Pestisida nabati tidak meninggalkan residu berbahaya pada tumbuhan maupun lingkungan serta sanggup dibentuk dengan gampang menggunakan materi yang murah dan peralatan yang seerhana. Berikut beberapa jenis tumbuhan yang berguna mengendalikan hama pada tumbuhan Mimba (Azadirachta indica). Daun dan biji dari tumbuhan mimba sanggup dipakai untuk mengendalikan ulat, kumbang, serta kutu daun yang selalu menyerang tumbuhan pangan dan hortikultura. Zat yang terkandung dalam mimba bisa menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat azadirachtan, triol, salanin, dan nimbin. Selain mimba, tembakau (Niocotiana tabacum L.) juga berpotensi dipakai sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama. Bagian tumbuhan tembakau yang sanggup dimanfaatkan sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan daunnyaa, lantaran mengandung zat beracun berupa nikotin (Raharjo., et al, 2010).
Pengendalian penyakit dengan fungisida dan bakterisida sintetis oleh para petani kentang selama ini tidak efektif dalam mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh kapang patogen, banyak duduk perkara yang merugikan bagi kehidupan insan secara eksklusif atau tidak eksklusif diantaranya menimbulkan residu yang menempel pada hasil tumbuhan yang akan mengganggu kesehatan konsumen, pencemaran lingkungan serta membunuh organisme lainnya yang bukan sasaran. Penggunaan biro hayati berbahan baku biofungisida sehingga menjadi alternatif yang sempurna untuk mengendalikan mikroba patogen penyebab penyakit pada tumbuhan budidaya (Purwantisari,2008).
Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida alami sanggup dijadikan pilihan paling tepat, murah dan lestari. Pestisida organik bersifat gampang terurai menjadi materi tidak berbahaya dan juga sanggup pula dipergunakan sebagai materi pengusir atau repelen terhadap serangga hama tertentu, menjadikannya alternatif dalam pengenalian hama lestari yang ramah lingkungan (Octavia Dona.,et al, 2008).
Pembuatan insektisida hayati dari materi tumbuhan sanggup diambil dari ekstrak biji mimba dan ekstrak biji lada. Penggunaan insektisida dari ekstrak tumbuhan bersifat kondusif bagi insan dan ternak. Biji mimba dipilih sebagai materi dasar pembuatan insektisida non hayati lantaran sangat pahit da beracun. Sedang biji lada dipilih lantaran rasa pedas dan panas yang ditimbulkan. Kedua estrak ini dihaapkan efektif dan mempunyai daya bunuh terhadap dua jenis ulat Plutella xylostella danCrocidolomia binotalis (Santosa dan Sumarmi, 2008).
Pestisida nabati ialah pestisida yang materi dasarnya berasal dari tanaman. Ekstrak biji mimba sanggup berperan sebagai larvisida dan ovisida, menghambat perkembangan larva, memperpendek umur imago, dan mengurangi fekunditas. Pemanfaatan biji mimba sebagai pestisida nabati sanggup dibentuk dengan dua cara, yaitu serbuk dan ekstrak. Cara pertama ialah cara sederhana, dibentuk serbuk. Biji mimba dibentuk serbuk hingga halus, direndam dalam air, disaring dan disemprotkan. Cara kedua ialah ekstrak, yaitu biji mimba dibentuk dengan cara melarutkan serbuk biji mimba dalam pelarut organik (Subiyakto, 2009).